Selasa, 08 September 2009

DOWNLOAD PENGAJIAN KITAB AL-HIKAM
OLEH BAPAK KH. Drs. IMRON JAMIL

  • Di era perkembangan zaman dan teknologi yang sangat cepat seperti sekarang ini tentu sangat menguntungkan bagi kemaslahatan manusia seperti adanya sarana internet yang dapat dengan mudah mengakses data walaupun di belahan bumi yang berbeda hanya dengan hitungan detik. Namun disisi lain akibat dari kemajuan tersebut timbullah berbagai hal yang sangat merugikan dan mengawatirkan yaitu masuk dan tumbuh berkembangnya budaya-budaya asing yang notabenenya bertentangan dengan syariat islam seperti free sex, tawuran, mempertontonkan aurat, budaya berbohong, mengadu domba, budaya nifak, minum-minuman keras, narkotika dan lain sebagainya. Dan itu semua jika diteliti secara implisit disebabkan rendahnya pemahaman agama Islam yang mereka miliki sehingga kadar keimanan mereka pun rendah dan berakibat tidak adanya filter yang mengantisipasi hal-hal di atas. Dan akibat hal tersebut hati (al-Qalb) mereka menjadi ter-contamination dan akhirnya keruh akan kenikmatan dunia yang sesaat melupakan al-Hayat al-Abada yaitu akhirat.
  • Pengajian “Al-Hikam” atau kebanyakan masyarakat menyebutnya dengan Pengajian Tombo Ati. Adalah suatu perwujudan dari rasa keingintahuan dan kehausan akan ilmu agama Islam terutama dalam bidang tasawuf dan juga rasa keprihatinan akan dekadensi moral yang terjadi di masyarakat Ponorogo pada khususnya dan masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Mengapa demikian, karena pengajian ini khusus membahas tentang bagaimana cara menata hati dan sekaligus juga membersihkan hati (Tazkiyah al-Qalb) dari akhlak-akhlak yang tercela.
  • Alhamdulillah berkat hidayah dan nikmat Allah jama’ah pengajian “Al-Hikam” semakin hari semakin bertambah mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Dan prasarana dan sarana digunakan untuk menampung para jama’ah pun semakin banyak. Sedangkan prasarana dan sarana kami gunakan itu notabenenya masih status pinjaman kepada warga sekitar dan itu pun dirasa masih kurang untuk menampung jumlah jama’ah yang semakin bertambah. Sadar dengan perkembangan keadaan dan perubahan berarti sadar akan kelebihan, kelemahan, kesempatan dan tantangan. Dari permasalahan tersebut di atas itu yang kami jadikan landasan dalam menyusun proposal ini. Secara lebih terperinci akan disampaikan dalam bagian-bagain selanjutnya
  • Pengajian kitab “Al-Hikam” adalah pengajian yang bersifat umum dalam artian ditujukan untuk masyarakat luas sebagai sarana untuk menambah serta memperdalam pemahaman masyarakat tentang Agama Islam khusunya ilmu tasawuf. Dinamakan pengajian kitab “Al-Hikam” karena pengajian ini menggunakan kitab “Al-Hikam” yang merupakan salah satu kitab yang termasyhur dalam bidang tasawuf yang dikarang oleh Ibnu ‘Athailah asy-Syakandary.
  • Pengajian ini merupakan pengajian rutin yang dilaksanakan setiap Malam Ahad Wage mulai ba’da Maghrib sampai dengan selesai bertempat di Pondok Pesantren Subulus Salam Ngunut Babadan Ponorogo. Dan dalam pemahaman dan pengkajian kitab tersebut langsung dibimbing oleh Bapak Drs. KH. Imron Jamil dari Kabupaten Jombang Jawa Timur.
  • Jama’ah pengajian kitab “Al-Hikam” berasal dari berbagai penjuru kabupaten Ponorogo seperti dari Slahung, Jetis, Ngebel, Badegan, Kauman, Sumoroto, Babadan, dan lain sebagainya. Mulai dari anak-anak, pemuda-pemudi, bapak-ibu, dan kakek-nenek.
  • Bagi para penggermar pengajian Kitab "Al-Hikam" disini kami telah menyediakan rekaman pengajian kitab 'Al-Hikam' oleh Bapak KH. Drs. Imron Jamil dari Jombang :
  • Silahkan Klik ICON di bawah ini untuk mendonwnload (mengunduh).


Terima kasih atas kunjungan anda, kami akan berusaha menyempurnakan data kami demi kemaslahatan umat Islam dalam pemahaman Agama Islam terutama dalam Ilmu Tasawuf.

Brosur Pendaftraran Santri Baru

Foto Kegiatan





Badal dan Pembagiannya





Tabi' (lafazh yang mengikuti) yang dimaksud dengan hukum tanpa
memakai perantara antara ia dengan matbu'-nya.


Contoh:




= Aku telah memakan roti itu sepertiganya (bukan semuanya).


Maksudnya, roti yang dimakan itu hanya sepertiganya. Lafazh sepertiga itulah
yang dimaksud dengan hukum (hukum makan). Lafazh sepertiga itu disebut badal
(pengganti), sedangkan lafazh raghif (roti) disebut mubdal minhu
(yang digantikan).


Contoh lainnya seperti:




= Zaid telah datang pelayannya.


Maksudnya yang datang itu ialah pelayan Zaid, bukan Zaidnya.





Apabila isim diganti oleh isim atau fi'il diganti oleh fi'il, maka dalam
hal seluruh i'rab-nya harus mengikuti mubdal minhu-nya.


Badal itu terbagi empat bagian, yaitu:



  • Badal syai minasy-syai, disebut juga badal kul minal kul atau
    badal yang cocok dan sesuai dengan mubdal minhu-nya dalam hal
    makna, contoh:



    = Zaid telah datang, yakni saudaramu.


    Lafazh saudaramu menjadi badal dari lafazh Zaid. Antara lafazh saudara
    dan Zaid itu cocok dan sesuai.

  • Badal ba'dh minal kul (badal sebagian dari semua), contoh:





  • = aku telah memakan roti, yakni sepertiganya.


    Lafazh sepertiga itu merupakan sebagian dari roti.




  • Badal isytimal, yaitu lafazh yang mengandung makna bagian dari
    matbu'-nya, tetapi menyangkut masalah maknawi (bukan
    materi), contoh:



    = Zaid telah bermanfaat bagiku yakni ilmunya.


    Lafazh ilmunya tercakup oleh Zaid.

  • Badal ghalath atau badal keliru/ salah, yaitu badal
    yang tidak mempunyai maksud yang sama dengan matbu'-nya, tetapi
    yang dimaksud hanyalah badal. Hal ini dikatakan hanya karena
    kekeliruan atau kesalahan semata yang dilakukan oleh pembicara, setelah itu
    lalu ia menyebutkan mubdal minhu-nya. Contoh:





  • = Aku telah melihat Zaid yakni kuda.


    Dalam contoh tadi Anda ingin mengucapkan (bahwa Anda telah melihat) kuda,
    akan tetapi Anda keliru (dalam ucapan karena menyebutkan Zaid) lalu Anda
    mengganti lafazh Zaid itu dengan kuda. Maksud yang sebenarnya adalah:




    = aku telah melihat kuda,



    Kata nazhim:





    Bilamana isim atau fi'il mengikuti (menyertai) lafazh yang
    semisalnya dan hukum (perkataan itu) untuk lafazh yang kedua
    (badal) serta terbebas dari huruf 'athaf, maka jadikanlah dalam hal
    i'rab-nya sepefti lafazh yang pertama dengan lafazh badal sebagai julukannya.





    Yaitu lafadh kullu (semua), ba'dhu (sebagian), isytimal
    (mencakup), dan ghalath (salah atau keliru), demikian pula
    badal idhrab. Dan dengan yang kelima ini berarti tepat.


    Badal idhrab ialah:





    Bermaksud menyebutkan lafazh (gagasan) yang pertama, lalu
    setelah memberitakannya timbul baginya untuk memberitakan lafazh (gagasan)
    yang kedua.


    Contoh:




    = aku telah mengendarai sepeda, bahkan mobil.


    Pada mulanya dimaksudkan untuk memberitakan telah mengendarai sepeda, lalu
    disusul dengan pemberitahuan mengendarai mobil. Badal idhrab ini hampir
    sama dengan badal ghalath, hanya saja badal idhrab ini bukan
    karena kesalahan atau kekeliruan, melainkan karena timbul pikiran (gagasan) baru
    yang dianggap lebih penting.



    'Athaf




    Tabi' (lafazh yang mengikuti) yang antara ia dengan matbu'nya
    ditengah-tengahi oleh salah satu huruf 'athaf.


    Contoh:



    = telah datang Zaid dan 'Amr.


    Lafazh 'Amr mengikuti
    kepada lafazh Zaid yang ditengah-tengahi oleh wawu huruf 'athaf.
    Lafazh 'Amr ma'thuf (di-'athaf-kan), sedangkan lafazh Zaid yang
    di-'athafi-nya (ma'thuf 'alaih).


    Contoh lainnya adalah
    seperti:




    = aku telah melihat Muhammad dan Bakar.




    = aku telah memakan nasi dan daging.




    = aku telah membeli buku tulis dan pena.


    Huruf 'athaf ada
    sepuluh, yaitu sebagai berikut:


    1.
    ,
    contoh:





    = telah datang Zaid dan 'Amr (bersamaan).



    2.
    ,
    contoh:





    = telah datang Zaid lalu 'Amr (berurutan).



    3.
    ,
    contoh:





    = telah datang Zaid kemudian 'Amr (terselang lama).



    4.
    ,
    contoh:





    = Zaid atau 'Amr telah datang (diragukan).



    5.
    ,
    contoh:





    = Zaid atau 'Amr telah datang (diragukan).



    6.
    ,
    contoh:





    = telah datang Zaid dan atau 'Amr (memilih).


    Atau seperti:




    = dia telah membeli buku tulis dan atau pena.



    7.
    ,
    contoh:





    = Zaid tidak datang, melainkan 'Amr.



    8.
    ,
    contoh:





    = Zaid tidak datang, tetapi 'Amr (datang). (Maksudnya sama dengan
    ).



    9.
    ,
    contoh:


    = Zaid telah datang, 'Amr tidak.


    10.
    ,
    pada sebagian tempat, contoh:


    = aku telah memakan ikan hingga kepalanya.


    Perlu diketahui
    bahwa tidak setiap lafazh hattâ menjadi huruf 'athaf;
    karena adakalanya menjadi huruf nawâshib bila berhadapan dengan
    fi'il mudhari' dan adakalanya menjadi huruf jar, seperti

    = sampai terbit fajar. (aI-Qadr: 5)


    Apabila Anda

    meng-'athaf-kan kepada lafazh yang di-rafa'-kan, berarti Anda me-rafa'-kan pula
    ma'thuf-nya, atau meng-'athaf-kan kepada lafazh yang di-nashab-kan, berarti Anda
    me-nashab-kan pula ma'thuf-nya, atau meng-'athaf-kan kepada lafazh yang
    di-khafadh-kan, berarti Anda meng-khafadh-kan pula ma'thuf-nya, atau
    meng-'athaf-kan kepada lafazh yang di-jazm-kan; berarti Anda men-jazm-kan pula
    ma'thuf-nya, seperti perkataan:

    (telah berdiri Zaid dan 'Amr),

    (aku telah melihat Zaid dan 'Amr),

    (aku telah bersua dengan Zaid dan 'Amr),

    (Zaid tidak berdiri dan tidak pula duduk),

    (diwajibkan Shalat dan Zakat), dan sebagainya.


    Kata nazhim:


    Sesuaikanlah oleh kalian ma'thuf dengan ma'thuf 'alaih dalam hal i'rab-nya
    yang telah diketahui.




    Dengan memakai huruf wawu, fa, au, am, tsumma, hattâ, bal, lâ, lâkin dan
    immâ.




    Huruf 'athaf


    Wawu, au, fa, tsummâ, hattâ,
    bal, lâ, lâkinna dan immâ