Arti Istitsna
![]()
Isim yang terletak sesudah illâ atau salah satu saudara-saudaranya.

Huruf istitsna ada delapan macam, yaitu sebagai berikut:
contohnya seperti:
(Kaum itu telah datang kecuali Zaid)
contohnya seperti:
(Kaum itu telah datang selain Zaid)
, 4.
, 5.
artinya sama yaitu: selain.
, 7.
, 8.
artinya sama yaitu: selain.
I. l'rab lafazh-lafazh yang terletak sesudah huruf istitsna
sebagai berikut:
![]()
Lafazh yang di-istitsna dengan illâ harus di-nashab-kan bilamana
keadaan kalamnya bersifat sempurna dan mujab.
Kalam yang sempurna itu ialah:
![]()
Kalam yang disebutkan mustatsna dan mustatsna minhu-nya (lafazh
yang dikecualikan dan lafazh pengecualiannya, seperti dalam contoh:
![]()
= Kaum itu telah datang kecuali Zaid).
Lafazh
![]()
adalah mustatsna minhu, sedangkan lafazh
![]()
menjadi mustatsna-nya.
Mujab adalah:
![]()
Kalam mutsbat, yaitu kalam yang tidak disisipi nafi, nahi dan tidak
pula istifham.
Contoh:
![]()
= kaum itu telah datang kecuali Zaid.
![]()
= murid-murid itu telah masuk (sekolah) kecuali Bakar.
Jadi, syarat lafazh yang di-istitsna harus di-nashab-kan
itu ialah:
mustatsna minhu-nya.
dan tidak pula istifham.
II. Kalau kalam-nya tidak memenuhi persyaratan
tersebut, maka hal itu adalah sebagai berikut:
![]()
Apabila kalam-nya ternyata tam (sempurna) lagi manfi
(di- nafi-kan), maka lafazh mustatsna-nya boleh di-nashab-kan karena
istitsna dan boleh di-badal-kan (bergantung kepada i'rab mustatsna
minhu-nya).
Contoh:
![]()
= tiadalah kaum itu berdiri kecuali Zaid.
Lafazh Zaid, boleh di-nashab-kan karena istitsna dan boleh pula
di-badal-kan dengan memakai harakat dhammah, sebab
mubdal minhu-nya lafazh
![]()
berharakat dhammah.
![]()
= aku tidak melihat kaum itu kecuali Zaid.
Lafazh Zaid itu boleh di-nashab-kan karena istitsna, dan boleh
dijadikan badal dari lafazh
![]()
.
![]()
= aku tidak bersua dengan kaum itu kecuali Zaid.
Lafazh Zaid itu boleh di-nashab-kan karena istitsna dan boleh
pula di-jar-kan karena menjadi badal dari lafazh
![]()
.
III.![]()
Kalau kalamnya itu naqish atau kurang (yaitu tidak diterangkan
mustatsna minhu-nya), maka i'rab mustatsna-nya bergantung kepada
amil-nya yang ada, seperti dalam contoh:
![]()
(tiada yang berdiri kecuali Zaid -tidak ada mustatsna minhu-nya).
Lafazh Zaid harus di-rafa'-kan karena menjadi fa'il
dari lafazh;
![]()
.
![]()
= tiada yang kupukul kecuali Zaid.
Lafazh Zaid harus di-nashab-kan, sebab menjadi maf'ul
dari
![]()
.
![]()
= tiadalah aku bersua kecuali dengan Zaid.
Lafazh Zaid di-jar-kan oleh huruf ba.
IV.![]()
Lafazh yang di-istitsna dengan lafazh ghairu, siwan, suwan, dan
sawâ-in harus di-jar-kan, lain tidak (sebab menjadi mudhaf ilaih dari
lafazh ghair dan sebagainya).
Seperti dalam contoh berikut:
![]()
= kaum itu telah datang selain Zaid.
(Lafazh ghair berkedudukan menjadi mudhaf, sedangkan lafazh Zaid mudhaf
ilaih).
![]()
= tiada ada yang datang selain Zaid.
V.
Lafazh yang di-istitsna oleh khalâ, 'adâ dan hâsyâ, boleh
di-nashab-kan (dengan menganggap khalâ dan sebagainya sebagai fi'il
madhi dan mustatsna maf'ul-nya) dan boleh pula di-jar-kan (sebagai
mudhaf 'ilaih dari lafazh khalâ dan sebagainya), seperti dalam contoh:
(lp
39-40) (Kaum itu telah berdiri selain Zaid. Contoh lainnya sepertl:
![]()
(Kaum itu telah datang selain Zaid dan selain 'Amr) dan sebagainya.
Kata nazhim:
![]()
Keluarkanlah (kecualikanlah) dengan huruf istitsna dari kalam
(yang mendahului) sesuatu yang dikecualikan hukumnya dan hal itu telah
termasuk pada lafazhnya.
![]()
Lafazh yang berfaedah bagi istitsna itu meliputi illâ, ghairu, suwan,
siwan, sawâ-in,
![]()
Khalâ, 'adâ, dan hâsyâ, maka nashab-kanlah dengan illâ lafazh yang
dikecualikannya bilamana kalamnya bersifat tamam lagi mujab.
![]()
Apabila istitsna itu ternyata dari kalam tamam yang mengandung nafi,maka
badal-kanlah dan di-nashab-kannya dianggap dhaif.
![]()
Kalau ternyata istitsna itu dari kalam naqis (yang tidak ada
mustatsna minhu-nya), maka lafazh, illâ di-ilgha-kan (tidak beramal).
Adapun amil-nya dipencilkan (yakni, harus beramal pada mustatsna-nya).
![]()
Mustatsna boleh di-khafadh-kan secara mutlak sesudah huruf istitsna yang
tujuh sisanya (yaitu, khalâ, hâsyâ dan sebagainya).
![]()
Di-nashab-kan, juga dibolehkan bagi yang menghendakinya, yaitu dengan mâ
khalâ, mâ 'adâ, dan mâ hâsyâ.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar